Sabtu, 19 April 2014

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN “MOTIVASI”

MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN “MOTIVASI”
  



KELOMPOK III
ABDUL KARIM                   (1113016200009)
GHINA RAHMAWATI        (1113016200012)
RINANDA RIZKIARTI       (1113016200015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjakan kehadirat Allah SWT yang tidak henti menberikan nikmat kepada kita sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan.
            Puji syukur kami ucapkan kembal iatas selesainya makalah Psikologi Pendidikan dengan topik “Motivasi” .Terimakasih pula penulis ucapkan kepada dosen pengampu matakuliah psikologi pendidikan yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini. Pembuatan makalah ini didasari oleh kebutuhan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai calon guru yang harus mengerti kondisi psikologi dari setiap siswanya.
            Tentu saja masih terdapat banyak kekurangan dalam berbagai sisi dari makalah ini  .Untu kitu kami menerima kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan kimia khususnya dan khalayak umum pada umumnya.


Penulis








Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
          Apa itu motivasi? Untuk menjelaskan hal ini kita dituntut untuk dapat memahami apa yang dikatakan motivasi dan yang bukan motivasi. Kebanyakan orang keliru dalam memahami arti kata motivasi yang sebenarnya dan menganggap motivasi itu adalah sifat pribadi, dan mengartikan bahwa  ada orang yang memiliki dan ada orang yang tidak memiliki motivasi. Seperti contoh dalam dunia pendidikan, apabila ada siswa yang tidak termotivasi, maka dianggap sebagai siswa yang malas. Pengetahuan kita terhadap motivasi, mengarahkan kita pada pemikiran apa yang memotivasi orang, bukan pada apakah seseorang termotivasi. Pada proses pembelajaran, terkadang kita menemukan ada siswa yang malas belajar dan ada yang tidak, ada siswa yang memiliki prestasi yang tinggi dan ada pula  yang sebaliknya. Motivasi sendiri berarti suatu  kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Motif itu bersifat potensial dan aktualisasinya adalah motivasi. Motivasi sangat berarti besar pada diri seseorang dan pencapaian prestasinya.
Menurut teori, “Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya”  (Handoko, 200:259). Dapat dikatakan, motivasi adalah kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau menggerakan, dan motif itulah yang kelak mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindakan seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan baik tujuan organisasi maupun tujuan masing-masing anggota. Kebutuhan timbul dalam diri seseorang jika dirasakan adanya kekurangan, ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang seyogyanya, baik dalam arti fisiologis maupun dalam arti psikologis. Motivasi merupakan kebutuhan bathiniah setiap orang, terutama bagi peserta didik yang mayoritasnya berusia muda. Pada kenyataannya dalam dunia pendidikan, kebanyakan pendidik mengabaikan sesuatu yang dinamakan motivasi. Sedikit pujian saja sangat berarti bagi siswa untuk mendorong semangat belajarnya, dengan begitu secara tidak langsung, guru telah memotivasi anak didiknya. Siapapun butuh dorongan jiwa untuk melakukan sesuatu agar tujuan tercapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam mencapai kesuksesan, maka dalam makalah iniakan diuraikan makna dari motivasi itu sendiri dan seberapakah penting motivasi dalam diri seseorang serta kehidupannya.

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
            Kata motivasi mungkin tidak asing lagi dan sering kita dengar, namun terkadang kita belum menyadari apa yang terkandung dibalik kata motivasi, untuk itu makalah ini ditulis dengan tujuan:
1.2.1 Memberikan informasi seputar pengertian dan makna motivasi, guna menghindari kesalahan persepsi masyarakat tentang motivasi.
1.2.2  Menjelaskan teori para ahli tentang motivasi.
1.2.3 Mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi bagi kejiwaan dan perilaku seseorang.
1.2.4 Mengetahui perbedaan antara orang yang sering diberi motivasi dengan orang yang jarang diberikan motivasi khususnya bagi anak didik.
1.2.5 Mengetahui pengaruh motivasi bagi prestasi belajar peserta didik.

1.3 Rumusan Masalah
          Pembahasan mengenai motivasi sangatlah luas dan kompleks, karena hal ini menyangkut tentang keadaan psikis seseorang, untuk itu makalah ini perlu dibatasi agar pembahasannya lebih terfokus, maka dengan ini disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1.3.1 Apakah pengertian motivasi?
1.3.2 Apa sajakah teori-teori motivasi?
1.3.3 Apakah tujuan motivasi?
1.3.4 Apa saja jenis-jenis motivasi?
1.3.5 Bagaimanakan karakteristik motivasi berprestasi?
1.3.6 Apa peranan motivasi dalam belajar?
1.3.7 Bagaimanakah usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?

1.4 Metode Pengumpulan Data
        Data-data yang ada dalam makalah ini bersumber dari berbagai macam buku dan situs internet, diperoleh dengan cara membaca beberapa buku yng berkenaan dengan psrikoogi dan browsing via internet.

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
1.5.1 Bab Pendahuluan :
1.5.1.1 Latar belakang penulisan makalah
1.5.1.2 Tujuan penulisan makalah
1.5.1.3 Rumusan masalah
1.5.1.4 Sistematika penulisan
1.5.2 Bab Pembahasan
1.5.3 Bab Penutupan :
1.5.3.1 Kesimpulan
1.5.3.2 Kritik dan saran
1.5.3.3 Daftar pustaka

Bab 2
Pembahasan

2.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti menimbulkan pergerakan. Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000)
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986). Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995)
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
Sementara motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understnding of Human Behavior : motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Memang pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dalam konteks uraian terdahulu dapat dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” :suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Kesulitan dalam mendefinisikan arti motivasi seperti dikatakan oleh Atkinson dalam bukunya, An Introduction to Motivation adalah karena istilah itu tidak memilikia arti yang tetap di dalam psikologi kontemporer. Itulah pula sebabnya, maka seperti telah dikemukakan Sartain,  menggunakan kata motive untuk pengertian yang sama.

2.2 Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1.      Durasi kegiatan
2.      Frekuensi kegiatan
3.      Persistensi pada kegiatan
4.      Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
5.      Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6.      Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7.      Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8.      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan (tabel.1) menyajikan secara ringkas empat jenjang basic need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs.  Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta.


1.      Tabel 1 : Jenjang kebutuhan
Jenjang needs
Deskripsi
Kebutuhan berkembang (metaneeds)
self actualization needs (metaneeds)
Kebutuhan orang untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan realisasi diri, perkembangan self.
Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk mencapai tujuan, terus maju, menjadi lebih baik. Being-values 17 kebutuhan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman, pemakaian kemampuan kognitif secara positif mencari kebahagiaan dan pemenuhan kepuasan alih-alih menghindari rasa sakit. Masing-masing kebutuhan berpotensi sama, satu bisa mengganti lainnya.
Kebutuhan karena kekurangan (basic needs)
Estem needs
1.      Kebutuhan kekuasaan, penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian
2.      Kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi penting, kehormatan dan apresiasi.
Love needs/ belonging –needs
Kebutuhan nkasih sayang, keluarga, sejawat, pasangan, anak. Kebutuhan menjadi bagian kelompok m,asyarakat. Menurut maslow, kegagalan kebutuhan cinta dan memiliki ini menjadi sumber hampir semua bentuk psikopatologi.
Safety needs
Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas dari takut dan cemas.
Psychological needs
Kebutuhan homeostatik : makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks.

Pemisahan kebutuhan bukan berarti masing-masing bekerja secara eksklusif, tetapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga orang dalam satu ketika dimotivasi oleh dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada orang yang kebutuhan basic need-nya terpuaskan 100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang terpuaskan (tabel 2):
No.
Kebutuhan Terpuaskan
Prosentasi terpuaskan sampai
1
Fisiologis
85%
2
Keamanan
70%
3
Dicintai dan mencintai
50%
4
Self esteem
40%
5
Aktualisasi diri
10%

Dalam mencapai kepuasan kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki.

Jenis-jenis teori kebutuhan
1.      Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum,gula, garam, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang berusaha sekuat tenaga, mengerahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
2.      Kebutuhan Keamanan (safety)
Jika kebutuhan fisiologis terpuaskan, muncul  kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan hidup.kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan mempertahankan hidup jangka pendek, sedangkan keamanan adalah kebutuhan memepertahankan hidup jangka panjang.
3.      Kebutuhan dimiliki dan cinta ( belonging and love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuuhi, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Sesesorang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak dilingkungan, dsan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta.
Adsa dua jenis cinta. Yakni Deficiency atau D-love dan being atau B-love. kebutuhan cinta karena adanya kekurangan dalam setiap individu itulah D-love. Seseorang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang tidak membuatnya merasa sendiri. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, ingin selalu memperoleh daripada memberi.
B-love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain yang apa adanya, tanpa adanya keinginana untuk mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat untuk memiliki, tidak mempengaruhi,  dan tujuan utamanya adalah memberi orang lain gambaran positif. Penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan kepada orang itu untuk berkembang.
4.      Kebutuhan Harga Diri (self esteem)
Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang patologis ) mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain, karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan, yakni pertama keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia serta kemerdekaan dan kebebasan (Abraham H. Maslow : 1993)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasi melemah, namun masih ada motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri:
a.       Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b.      Mendapatkan penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Seseorang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dinilai dengan baik oleh orang lain.
5.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal dengan seluruh bakat dan potensi yang dimilikinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memproleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fullfilment), untuk menyadari semua potensi yang ada dalamdirinya untuk menjadi apapun yang dapat ia lakukan, dan untuk menjadi seseorang yang kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi dengan potensi yang dimilikinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utruh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari adanya kebutuhan semacam itu.
 2.2.2 Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat  kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).

2.2.3 Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa  pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

·      2.2.4 Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari  ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik

2.2.5 Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a.       Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b.      Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c.       Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.

Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a.       Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
b.      Harga diri
c.       Harapan pribadi
d.      Kebutuhan
e.       Keinginan
f.       Kepuasan kerja
g.      Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a.       Jenis dan sifat pekerjaan
b.      Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c.       Organisasi tempat bekerja
d.      Situasi lingkungan pada umumnya
e.       Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

2.2.6 Teori Atribusi
            Atribusi adalah sebab-sebab yangb menimbulkan hasil perilaku atau usaha dalam belajar berupa keberhasilan atau kegagalan. Beberapa hal yang menjadi sebab keberhasilan atau kegagalan dalam belajar adalah kemampuan, usaha, tingkat kesulitan dan kemudahan soal/tugas, keberuntungan, suasana hati, dan bantuan atau rintangan dari orang lain. (Santrock, 2007: 519).


2.3 Jenis-Jenis Motivasi 
        2.3.1 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal individu dan tidak berkaitan denganb tugas yang sedang dilakukan.
  2.3.2 Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik ialah motiovasi yang disebabkan oleh faktor-faktor di dalam diri atau melekat dalamn tugas yang sedang dilakukan
2.3.3 Aliran (Flow)
Bentuk tingkat motivasi intrinsik yang tinggi (intens), yang melibatkan ketertarikan yang tinggi dan konsentrasi pada suatu tugas yang menantang. (Csikzentmihalyi 1990, 1996 ; Scweinle, Turner & Meyer 2006)

  2.4 Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
                 Dalam rumusan masalah diatas kami mengamati apakah motivasi itu berpengaruh dalam prestasti belajar siswa, ternyata sangat berpengaruh yaitu :
                 Motivasi pada umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas dengan kata lain, motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi sehingga melebih prestasi normal.
Hasil baik dalam pekerjaan yang disertai oleh pujian merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dengan giat. Bila hasil pekerjaan tidak diindahkan orang lain, mungkin kegiatan akan berkurang. Pujian harus selalu berhubungan erat dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang baik, sehingga padanya timbul suatu “sense of succes” atau perasaan berhasil.
Motivasi berprestasi merupakan harapan untuk memperoleh kepuasan dalam penguasaan perilaku yang menentang dan sulit (Mr. Clelland, 1955).

    2.5 Guru dan Motivasi Pembelajaran
Dalam rumusan tersebut juga dipertanyakan bagaimana cara guru memotivasi belajar siswa agar menarik minat siswa untuk belajar, motivasi yang diberikan guru diantaranya :
1.      Memberi angka
2.      Hadiah
3.      Saingan
4.      Hasrat untuk belajar
5.      Sering memberi ulangan
6.      Mengetahui hasil
7.      Kerja sama
8.      Tugas yang “challenging”
9.      Pujian
10.  Teguran dan kesamaan
11.  Suasana yang menyenangkan
12.  Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh murid
13.  Hargailah pekerjaan murid

2.6         Usaha Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

1.      Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa, keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
2.      Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi
siswa dan upaya penyiapannya.
3.     Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
4.     Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan
tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
5.     Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
6.     Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
7.     Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
8.     Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
9.     Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
10.                        Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru.
11.                         Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya
Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
12.                         Membantu Kesulitan Belajar Peserta Didik, Baik Secara Individual Maupun Kelompok
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan.
13.                         Menggunakan metode yang bervariasi
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
14.                        Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
15.                        Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.


Bab 3
Penutupan
3.1 Kesimpulan
1.      Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
2.      Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
3.      Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
4.      Teori-teori motivasi meliputi, teori kebutuhan Maslow, teori atribusi, teori X dan Y, teori dua faktor Herzberg, teori keadilan, dan lain-lain.
5.      Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
6.      Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
7.      Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar siswa.
8.      Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
9.      Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.




3.2 Daftar Pustaka

Maslow, Abraham H. Motivasi dan Kepribadian 1. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. 1994.
Omrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 2008.
Purwanto, Ngalim M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya. 1990.
Santrock, JohnW. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya.2013.
Wilcox, Lynn. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: IRCisoD. 2012.
Anonim:
eprints.undip.ac.id/15599/1/Ferdinand_Kris_Candra.pdf
Anonim: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24885/4/Chapter%20II.pdf