MAKALAH
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN “MOTIVASI”
KELOMPOK
III
ABDUL
KARIM (1113016200009)
GHINA
RAHMAWATI (1113016200012)
RINANDA
RIZKIARTI (1113016200015)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjakan
kehadirat Allah SWT yang tidak henti menberikan nikmat kepada kita sehingga selalu
terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan.
Puji syukur kami ucapkan kembal iatas
selesainya makalah Psikologi Pendidikan dengan topik “Motivasi” .Terimakasih
pula penulis ucapkan kepada dosen pengampu matakuliah psikologi pendidikan yang
telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini. Pembuatan makalah ini didasari
oleh kebutuhan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai calon guru
yang harus mengerti kondisi psikologi dari setiap siswanya.
Tentu saja masih terdapat banyak kekurangan
dalam berbagai sisi dari makalah ini .Untu
kitu kami menerima kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan kimia khususnya dan khalayak umum pada
umumnya.
Penulis
Bab
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Apa itu
motivasi? Untuk menjelaskan hal ini kita dituntut untuk dapat memahami apa yang
dikatakan motivasi dan yang bukan motivasi. Kebanyakan orang keliru dalam
memahami arti kata motivasi yang sebenarnya dan menganggap motivasi itu adalah
sifat pribadi, dan mengartikan bahwa ada
orang yang memiliki dan ada orang yang tidak memiliki motivasi. Seperti contoh
dalam dunia pendidikan, apabila ada siswa yang tidak termotivasi, maka dianggap
sebagai siswa yang malas. Pengetahuan kita terhadap motivasi, mengarahkan kita
pada pemikiran apa yang memotivasi orang, bukan pada apakah seseorang
termotivasi. Pada proses pembelajaran, terkadang kita menemukan ada siswa yang
malas belajar dan ada yang tidak, ada siswa yang memiliki prestasi yang tinggi
dan ada pula yang sebaliknya. Motivasi
sendiri berarti suatu kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Motif itu bersifat
potensial dan aktualisasinya adalah motivasi. Motivasi sangat berarti besar
pada diri seseorang dan pencapaian prestasinya.
Menurut
teori, “Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya” (Handoko, 200:259). Dapat
dikatakan, motivasi adalah kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau
menggerakan, dan motif itulah yang kelak mengarahkan dan menyalurkan perilaku,
sikap dan tindakan seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan
baik tujuan organisasi maupun tujuan masing-masing anggota. Kebutuhan timbul
dalam diri seseorang jika dirasakan adanya kekurangan, ketidakseimbangan antara
apa yang dimiliki dengan apa yang seyogyanya, baik dalam arti fisiologis maupun
dalam arti psikologis. Motivasi merupakan kebutuhan bathiniah setiap orang,
terutama bagi peserta didik yang mayoritasnya berusia muda. Pada kenyataannya
dalam dunia pendidikan, kebanyakan pendidik mengabaikan sesuatu yang dinamakan
motivasi. Sedikit pujian saja sangat berarti bagi siswa untuk mendorong
semangat belajarnya, dengan begitu secara tidak langsung, guru telah memotivasi
anak didiknya. Siapapun butuh dorongan jiwa untuk melakukan sesuatu agar tujuan
tercapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam
mencapai kesuksesan, maka dalam makalah iniakan diuraikan makna dari motivasi
itu sendiri dan seberapakah penting motivasi dalam diri seseorang serta
kehidupannya.
1.2
Tujuan Pembuatan Makalah
Kata motivasi mungkin tidak asing
lagi dan sering kita dengar, namun terkadang kita belum menyadari apa yang
terkandung dibalik kata motivasi, untuk itu makalah ini ditulis dengan tujuan:
1.2.1 Memberikan informasi seputar
pengertian dan makna motivasi, guna menghindari kesalahan persepsi masyarakat
tentang motivasi.
1.2.2 Menjelaskan teori para ahli tentang motivasi.
1.2.3 Mengetahui seberapa besar pengaruh
motivasi bagi kejiwaan dan perilaku seseorang.
1.2.4 Mengetahui perbedaan antara
orang yang sering diberi motivasi dengan orang yang jarang diberikan motivasi
khususnya bagi anak didik.
1.2.5
Mengetahui pengaruh motivasi bagi prestasi belajar peserta didik.
1.3
Rumusan Masalah
Pembahasan
mengenai motivasi sangatlah luas dan kompleks, karena hal ini menyangkut
tentang keadaan psikis seseorang, untuk itu makalah ini perlu dibatasi agar
pembahasannya lebih terfokus, maka dengan ini disusunlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1.3.1
Apakah pengertian motivasi?
1.3.2 Apa sajakah teori-teori
motivasi?
1.3.3 Apakah tujuan motivasi?
1.3.4 Apa saja jenis-jenis
motivasi?
1.3.5 Bagaimanakan karakteristik
motivasi berprestasi?
1.3.6 Apa peranan motivasi dalam
belajar?
1.3.7 Bagaimanakah usaha guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa?
1.4
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang ada
dalam makalah ini bersumber dari berbagai macam buku dan situs internet,
diperoleh dengan cara membaca beberapa buku yng berkenaan dengan psrikoogi dan
browsing via internet.
1.5
Sistematika Penulisan
Makalah
ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
1.5.1 Bab Pendahuluan :
1.5.1.1 Latar belakang
penulisan makalah
1.5.1.2 Tujuan
penulisan makalah
1.5.1.3 Rumusan masalah
1.5.1.4 Sistematika
penulisan
1.5.2
Bab Pembahasan
1.5.3
Bab Penutupan :
1.5.3.1 Kesimpulan
1.5.3.2 Kritik dan
saran
1.5.3.3 Daftar pustaka
Bab 2
Pembahasan
2.1
Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa
latin movere, yang berarti
menimbulkan pergerakan. Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs.
Moh. Uzer Usman : 2000)
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi
di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan
cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986). Motivasi adalah usaha – usaha untuk
menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof.
Drs. Nasution : 1995)
Robbins dan Judge (2007)
mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.Samsudin (2005) memberikan
pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu
yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving
force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan
kehidupan.
Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi
terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja
di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja
maksimal”.
Sementara motif ialah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau
seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understnding of Human Behavior : motif adalah suatu
pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah
laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Memang pengertian motif dan
motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dalam konteks uraian terdahulu
dapat dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam
diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” :suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Kesulitan dalam mendefinisikan arti
motivasi seperti dikatakan oleh Atkinson dalam bukunya, An Introduction to Motivation adalah karena istilah itu tidak
memilikia arti yang tetap di dalam psikologi kontemporer. Itulah pula sebabnya,
maka seperti telah dikemukakan Sartain,
menggunakan kata motive untuk
pengertian yang sama.
2.2
Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi
kegiatan
2.
Frekuensi kegiatan
3.
Persistensi pada kegiatan
4.
Ketabahan, keuletan dan kemampuan
dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
5.
Devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan
6.
Tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan
7.
Tingkat kualifikasi prestasi atau
produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu
dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan
dengan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya.
Maslow menyusun teori motivasi manusia,
dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau
berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya
telah (relatif) terpuaskan (tabel.1) menyajikan secara ringkas empat jenjang basic
need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth
needs. Jenjang motivasi bersifat
mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif
terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang
jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih
dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan
rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya
sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta.
1. Tabel
1 : Jenjang kebutuhan
Jenjang
needs
|
Deskripsi
|
|
Kebutuhan
berkembang (metaneeds)
|
self
actualization needs (metaneeds)
|
Kebutuhan
orang untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan realisasi diri,
perkembangan self.
|
Kebutuhan
harkat kemanusiaan untuk mencapai tujuan, terus maju, menjadi lebih baik.
Being-values 17 kebutuhan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman,
pemakaian kemampuan kognitif secara positif mencari kebahagiaan dan pemenuhan
kepuasan alih-alih menghindari rasa sakit. Masing-masing kebutuhan berpotensi
sama, satu bisa mengganti lainnya.
|
||
Kebutuhan karena kekurangan
(basic needs)
|
Estem
needs
|
1.
Kebutuhan kekuasaan,
penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian
2.
Kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi penting,
kehormatan dan apresiasi.
|
Love
needs/ belonging –needs
|
Kebutuhan
nkasih sayang, keluarga, sejawat, pasangan, anak. Kebutuhan menjadi bagian
kelompok m,asyarakat. Menurut maslow, kegagalan kebutuhan cinta dan memiliki
ini menjadi sumber hampir semua bentuk psikopatologi.
|
|
Safety
needs
|
Kebutuhan
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas
dari takut dan cemas.
|
|
Psychological
needs
|
Kebutuhan
homeostatik : makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat
dan seks.
|
Pemisahan kebutuhan
bukan berarti masing-masing bekerja secara eksklusif, tetapi kebutuhan bekerja
tumpang tindih sehingga orang dalam satu ketika dimotivasi oleh dua kebutuhan
atau lebih. Tidak ada orang yang kebutuhan basic need-nya terpuaskan
100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang terpuaskan (tabel 2):
No.
|
Kebutuhan Terpuaskan
|
Prosentasi terpuaskan
sampai
|
1
|
Fisiologis
|
85%
|
2
|
Keamanan
|
70%
|
3
|
Dicintai dan
mencintai
|
50%
|
4
|
Self esteem
|
40%
|
5
|
Aktualisasi diri
|
10%
|
Dalam mencapai kepuasan
kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli seberapa tinggi jenjang
yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami ketidakpuasan atau tingkat
kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan
itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki.
Jenis-jenis teori
kebutuhan
1. Kebutuhan
Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat
neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan,
minum,gula, garam, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini
sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan
lain ditinggalkan dan orang berusaha sekuat tenaga, mengerahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
2. Kebutuhan
Keamanan (safety)
Jika kebutuhan fisiologis terpuaskan,
muncul kebutuhan keamanan, stabilitas,
proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan
cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan
mempertahankan hidup.kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan mempertahankan hidup
jangka pendek, sedangkan keamanan adalah kebutuhan memepertahankan hidup jangka
panjang.
3. Kebutuhan
dimiliki dan cinta ( belonging and love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dan
keamanan terpenuuhi, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok
sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Sesesorang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak dilingkungan, dsan kehilangan sahabat atau
kehilangan cinta.
Adsa dua jenis cinta. Yakni Deficiency
atau D-love dan being atau B-love. kebutuhan cinta karena adanya
kekurangan dalam setiap individu itulah D-love. Seseorang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang tidak
membuatnya merasa sendiri. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama. D-love
adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, ingin selalu memperoleh daripada
memberi.
B-love didasarkan pada penilaian
mengenai orang lain yang apa adanya, tanpa adanya keinginana untuk mengubah
atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat untuk memiliki, tidak
mempengaruhi, dan tujuan utamanya adalah
memberi orang lain gambaran positif. Penerimaan diri dan perasaan dicintai,
yang membuka kesempatan kepada orang itu untuk berkembang.
4. Kebutuhan
Harga Diri (self esteem)
Semua orang dalam
masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang patologis ) mempunyai
kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan biasanya bermutu
tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang
lain, karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua
perangkat tambahan, yakni pertama keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan,
keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia
serta kemerdekaan dan kebebasan (Abraham H. Maslow : 1993)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai
sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasi melemah, namun masih ada motivasi
harga diri. Ada dua jenis harga diri:
a. Menghargai
diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b. Mendapatkan
penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Seseorang membutuhkan pengetahuan bahwa
dirinya dikenal dengan baik dinilai dengan baik oleh orang lain.
5. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar
terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal dengan
seluruh bakat dan potensi yang dimilikinya. Aktualisasi diri adalah keinginan
untuk memproleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fullfilment), untuk
menyadari semua potensi yang ada dalamdirinya untuk menjadi apapun yang dapat
ia lakukan, dan untuk menjadi seseorang yang kreatif dan bebas mencapai puncak
prestasi dengan potensi yang dimilikinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utruh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari adanya kebutuhan
semacam itu.
2.2.2 Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak
adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku
karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan
seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil
atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
2.2.3 Teori X dan
Y
Douglas McGregor mengemukakan
pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative
disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins,
2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer
mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan
bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut.
· 2.2.4 Teori dua
Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah
mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik
menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari
keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari
ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik
2.2.5 Teori
Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland
dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada
tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan
pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli,
mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b.
Kebutuhan akan kekuatan (need for
pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa
sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan
hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang
ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan
dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a.
Persepsi seseorang mengenai diri
sendiri
b.
Harga diri
c.
Harapan pribadi
d.
Kebutuhan
e.
Keinginan
f.
Kepuasan kerja
g.
Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan
faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis dan
sifat pekerjaan
b.
Kelompok kerja dimana seseorang
bergabung
c.
Organisasi tempat bekerja
d.
Situasi lingkungan pada umumnya
e. Sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
2.2.6 Teori Atribusi
Atribusi
adalah sebab-sebab yangb menimbulkan hasil perilaku atau usaha dalam belajar berupa
keberhasilan atau kegagalan. Beberapa hal yang menjadi sebab keberhasilan atau
kegagalan dalam belajar adalah kemampuan, usaha, tingkat kesulitan dan
kemudahan soal/tugas, keberuntungan, suasana hati, dan bantuan atau rintangan
dari orang lain. (Santrock, 2007: 519).
2.3
Jenis-Jenis Motivasi
2.3.1
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal individu dan tidak berkaitan denganb tugas yang
sedang dilakukan.
2.3.2 Motivasi
intrinsik
Motivasi intrinsik ialah motiovasi yang disebabkan
oleh faktor-faktor di dalam diri atau melekat dalamn tugas yang sedang
dilakukan
2.3.3 Aliran
(Flow)
Bentuk tingkat motivasi intrinsik yang tinggi
(intens), yang melibatkan ketertarikan yang tinggi dan konsentrasi pada suatu
tugas yang menantang. (Csikzentmihalyi 1990, 1996 ; Scweinle, Turner &
Meyer 2006)
2.4 Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam rumusan masalah diatas
kami mengamati apakah motivasi itu berpengaruh dalam prestasti belajar siswa,
ternyata sangat berpengaruh yaitu :
Motivasi pada umumnya
mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas dengan kata lain,
motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi sehingga melebih
prestasi normal.
Hasil baik
dalam pekerjaan yang disertai oleh pujian merupakan dorongan bagi seseorang
untuk bekerja dengan giat. Bila hasil pekerjaan tidak diindahkan orang lain,
mungkin kegiatan akan berkurang. Pujian harus selalu berhubungan erat dengan
prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu
dengan hasil yang baik, sehingga padanya timbul suatu “sense of succes” atau
perasaan berhasil.
Motivasi berprestasi
merupakan harapan untuk memperoleh kepuasan dalam penguasaan perilaku yang
menentang dan sulit (Mr. Clelland, 1955).
2.5 Guru dan
Motivasi Pembelajaran
Dalam
rumusan tersebut juga dipertanyakan bagaimana cara guru memotivasi belajar
siswa agar menarik minat siswa untuk belajar, motivasi yang diberikan guru
diantaranya :
1.
Memberi angka
2.
Hadiah
3.
Saingan
4.
Hasrat untuk belajar
5.
Sering memberi ulangan
6.
Mengetahui hasil
7.
Kerja sama
8.
Tugas yang “challenging”
9.
Pujian
10. Teguran dan
kesamaan
11. Suasana yang
menyenangkan
12. Tujuan yang
diakui dan diterima baik oleh murid
13. Hargailah
pekerjaan murid
2.6
Usaha Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1.
Mengoptimalkan Penerapan
Prinsip-prinsip Belajar
Ada
beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa,
keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang,
dan lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha
menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan
siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara
optimal.
2.
Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat
berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat.
Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu
mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya,
kondisi
siswa dan upaya
penyiapannya.
3.
Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa
lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai
latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru
harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru,
contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
4.
Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap
siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai
kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan
kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini,
hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang
berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya.
Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar
yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan
itu lebih kuat.
Aktivitas
belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Belajar tidak akan pernah dilakukan
tanpa suatu dorongan
yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya
lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas
belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang
pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan
belajar.
Prestasi
belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar
secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah
satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada
tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya,
tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena
siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang
lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
5.
Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata
seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa
setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang
diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
6.
Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan
bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan
tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa
belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan
demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk
belajar.
7.
Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang
besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan
dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak
didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam
diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa
ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
8.
Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang
luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu
ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari
guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan
meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan
guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
9.
Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat
siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan
diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang
diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan
lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
10.
Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman
siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat
dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah
menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran
yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang
dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru.
11.
Minta Kepada Siswa untuk
Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya
Hal
ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada
diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan
dengan pengajaran yang akan datang.
12.
Membantu Kesulitan Belajar
Peserta Didik, Baik Secara Individual Maupun Kelompok
Membantu
kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil
belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu
penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang
menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa
untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.
13.
Menggunakan metode yang
bervariasi
Meningkatkan
motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode
yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan
adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada
siswa.
14.
Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
15.
Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang
agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang
berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu,
dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran
ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal
yang positif.
Dalam
interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu.
Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang
memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit
sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi
motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika
terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi
ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi
ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain.
Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat
mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju.
Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan
pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan
yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk
mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan
motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika
siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika
manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya
pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi
tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan
merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut
perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan
dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat,
sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita
atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam
belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program
dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan
motivasi belajar.
Prestasi
belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar
secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun
sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai
jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah
yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga
dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan
kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor
penyebabnya.
Setiap
kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang
lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan
atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan
belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa
ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi
disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha
demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa
dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan
mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan
di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa
terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang
yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena
itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk
dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
Bab
3
Penutupan
3.1
Kesimpulan
1.
Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
2.
Motif ialah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
3.
Motivasi dibagi menjadi
dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
4.
Teori-teori motivasi
meliputi, teori kebutuhan Maslow, teori atribusi, teori X dan Y, teori dua
faktor Herzberg, teori keadilan, dan lain-lain.
5.
Motivasi menentukan tingkat berhasil
atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
6.
Pembelajaran yang bermotivasi pada
hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif,
minat yang ada pada diri siswa.
7.
Pembelajaran yang bermotivasi
menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh
mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan
motivasi belajar siswa.
8.
Berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
9.
Penggunaan asas motivasi merupakan
sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.
3.2 Daftar Pustaka
Maslow, Abraham H. Motivasi dan Kepribadian 1. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
1994.
Omrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
2008.
Purwanto, Ngalim M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya. 1990.
Santrock, JohnW. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakaraya.2013.
Wilcox, Lynn. Psikologi Kepribadian.
Yogyakarta: IRCisoD. 2012.
Anonim:
eprints.undip.ac.id/15599/1/Ferdinand_Kris_Candra.pdf
Anonim: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24885/4/Chapter%20II.pdf